°KAMAR RAHASIA°
Penulis: Ummu Zakiyah
Ini Rahasia! Hanya
aku, Mas Bima dan Tuhan yang tahu apa yang terjadi di kamar ini. Aku
menamainya Kamar Rahasia, setidaknya sampai aku menceritakan pada
khalayak, sekarang.
Seperti biasa, hari ini setelah puas
berkasih-kasihan, kami keluar dari kamar rahasia dan langsung menuju ke
tempat nongkrong, yang kebanyakan dikunjungi oleh anak-anak muda.
Karena sering mampir ke tempat ini, tak sedikit dari mereka yang
mengenal aku dan Mas Bima. Kadangkala ada yang cemburu melihat
kelanggengan hubungan kami, atau mengira kami telah menikah.
Setahun terakhir, di kamar rahasia inilah, aku sering berbagi kisah
dengan Mas Bima. Pertemuan yang sering itu, membuat aku merasa bahwa ia
adalah lelaki yang paling bisa mengerti, membuat tersenyum bahkan
tertawa dengan ceritanya yang seabrek.
Kebersamaan dengannya,
menyuburkan benih-benih kasih sayang di antara kami. Sungguh, aku suka
caranya menyayangi, apalagi bila ia memanjakanku layaknya anak kecil.
Ia tak pernah bosan mendengar ceritaku, dari yang penting sampai yang
tidak bermutu sama sekali. Kedewasaannya mampu luluhkan hati, ia juga
tahu berlaku bijak saat aku ngambek. Dan paling bisa mengingatkan, bila
aku malas melakukan banyak hal penting dalam hidupku.
Ah..., pokoknya aku suka cara Mas Bima menyayangi.
***
Pukul 08.00 pagi. Biasanya Mas Bima sudah ada di toko aksesoris
kendaraan miliknya. Dan sebentar lagi ia pasti akan menelpon atau
mengirim pesan, sekedar menyampaikan bila agak sibuk atau membuat janji
untuk bertemu, di kamar rahasia kami.
Tiba-tiba beep handphone-ku berbunyi, pasti SMS dari Mas Bima. Benar saja mataku langsung berbinar dengan senyum merekah.
Buru-buru aku membukanya, tapi seketika..., mataku terbelalak tatkala
melihat deretan kalimat yang baru saja terbaca. Badan lemas, rasanya
bagai tak bertenaga.
Kueja lagi deretan kata-kata itu, "Mbak!!
Tolong jangan ganggu keluarga kami. Mas Bima, laki-laki yang Mbak pacari
itu suami saya. Anak kami sudah dua dan masih kecil-kecil. Tolong Mbak
jauhi suami saya!!"
Sulit mempercayai sms ini, tidak mungkin
lelaki yang begitu kharismatik di mataku itu, berbohong. Bisa saja ini
kerjaan temannya yang lagi iseng mainin HP Mas Bima.
Tapi di
sisi lain, hati tetap curiga bahwa SMS ini benar adanya. Aku menghela
nafas panjang, menekuri lantai rumah, sambil menopangkan kedua telapak
tangan ke kepala.
Ingatan tentang Mas Bima kembali menari-nari
di ruang pikir. Arrgh...!!! Rasanya tak ingin ada yang merebut
kebahagiaanku, dengannya.
Tak terasa bendungan air mata jebol dan mengalirkan cairan bening yang hangatkan pipi.
Aku harus klarifikasi. Keadaan ini tidak bisa membuatku terombang-ambing dalam gelombang rasa tak bertepi.
Segera kuraih handphone. Dan dengan perasaan kacau, aku baca lagi SMS tadi, lalu segera menuliskan balasan.
"Maaf, ini siapa ya? Tolong bercandanya jangan kelewatan." -Message
Sent- Tulisan dari layar hp menandakan bahwa SMS telah terkirim.
Sejurus kemudian, bunyi beep menyadarkanku dari lamunan.
"Saya istrinya Mas Bima. Dan saya sama sekali tidak bercanda."
Kurasakan hati ini berdesir dan benar-benar hancur berantakan. Aku
hanya bisa mendekap dada, saat kesakitan hebat, tiba-tiba menyergap
tanpa ampun.
Lalu sebuah SMS kembali menyambangi HP-ku.
"Maaf ya Mbak, saya pernah mendapati SMS mbak yang isinya kata-kata
mesra. Saya bisa maklum, mungkin Mbak belum tahu kalau Mas Bima sudah
menikah. Makanya saya protes ke suami dan ia berjanji untuk tidak
melakukan ini lagi. Tapi ternyata, saya kembali menemukan SMS serupa
dari nomor Mbak, saat tadi pagi handphone yang satu ini ketinggalan di
rumah. Setelah saya beritahu ke Mbak, tolong jangan berusaha lagi
merebut suami orang!!"
Sempurna! SMS kali ini, benar-benar membuatku seolah tak lagi memijak bumi. Menyakitkan!
Seharian, aku hanya berkutat dengan air mata. Aku menyangka Mas Bima
adalah orang yang tepat. Bisa mengangkat dari keterpurukan hati, tapi
kenapa pula kejadiannya harus seperti ini?
Beberapa kali Mas
Bima, mencoba menghubungiku dari nomor ponsel-nya yang lain, tapi tak
pernah kuangkat. Sakit rasanya, sudah dibohongi habis-habisan seperti
ini.
Tubuhku melemah, boleh jadi karena hingga menjelang malam,
belum secuil makanan pun melalui tenggorokan. Entah sudah berapa SMS
yang dikirim Mas Bima, menunjukkan kekuatirannya, tapi tak satu pun yang
aku balas.
Malam ini, aku ingin menelpon dan mengajak Mas Bima
ke kamar rahasia. Menanyakan langsung, mengenai kebenaran SMS yang
dikirim tadi pagi, oleh perempuan yang mengaku istri, lelaki yang
belakangan ini mengisi hari-hariku, dengan keceriaan.
Tapi baru
saja aku hendak menelpon, tiba-tiba handphone-ku berdering, rupanya dari
Mas Bima. Lamat-lamat kudengar suaranya mengawali pembicaraan.
"Halo, Sayang... lagi apa nih," berselang beberapa detik, aku tak mengeluarkan suara. Ia kembali bertanya menyelidik.
"Sayang, kok diem, sih?"
"Mas, udah baca belum SMS keluar dari HP satunya?" aku menimpali pertanyaannya dengan nada datar.
"Belum. Emang ada apa sih, Sayang?"
"Mas, liat sendiri aja." Suaraku agak ketus.
"HP-nya kan ketinggalan di rumah. Dan malam ini, aku nginap di toko, Sayang. Ntar ada barang yang masuk."
"Hmm..." Aku hanya bisa menggumam pelan, lalu memutuskan untuk menceritakan peristiwa siang tadi.
Tapi Mas Bima malah terkekeh, lalu berkata.
"Rara, Sayangku. Inget nggak, dulu Mas pernah ngasih tahu ke kamu,
kalau mama mau menjodohkan aku dengan gadis pilihannya. Nah, boleh jadi
SMS tadi hanya akal-akalan mama, biar kamu jauhin aku. Rara percaya
mana, SMS yang Rara baca tadi pagi atau sama Mas?"
Hatiku melunak
dan mencoba untuk lebih mempercayai kekasihku, daripada SMS yang aku
baca tadi pagi. Apalagi harapan terbesarku adalah, Mas Bima tetap
menjadi pacar terbaik yang tetap sayang padaku.
"Mas, sekarang juga aku tunggu di kamar rahasia, ya."
"Mas nggak bisa sekarang, sayang. Lagi agak sibuk nih. Gimana kalau
kita ketemuan besok, sepulang kamu ngampus. Sayang, jangan mikir
macem-macem, inget rencana besar kita kedepan. Malam ini istirahat aja
dulu ya. Besok siang, kita ketemu di tempat biasa, kamar rahasia, Okey."
"Iya, Mas."
"Love you so much my Rara, Muuahh."
"Love you too, my Bima." Seperti biasa telponan diakhiri dengan ritual
ekspresi, yang bisa membuat aku terbuai. Malam ini kebahagiaan
bertandang ke hatiku. Senyuman, sambut aku lagi!
Setelah
mengikuti perkuliahan terakhir hari ini, aku segera teringat janji
bertemu dengan Mas Bima di tempat biasa. Wajahku sumringah, kamar
rahasia, tunggu aku ya.
Karena kegerahan, aku melepaskan baju
luar dan hanya menggunakan kaos. Sambil ngadem, aku menunggu kekasihku
yang sebentar lagi menemuiku di sini, di kamar ini.
Tak
berselang lama, Mas Bimaku datang dan selanjutnya tak perlu aku
ceritakan, kebahagiaan seperti apa yang meliputi hati kami, saat ini!
***
Sepulang dari kampus, kuhempaskan badan ke kasur lalu mengambil HP dari
saku jeans. Tiba-tiba ada panggilan masuk dari nomor tak bernama, aku
mengangkatnya lalu sejurus kemudian...
"Rara!! Harus berapa kali sih aku ingatkan, kalau Mas Bima itu suamiku."
Selanjutnya kata-kata ketus, yang menurutku terlalu sadis, segera
berentetan dari suara perempuan di seberang. Aku hanya bisa terhenyak,
lalu secepatnya memutuskan panggilan. Hatiku panas mendengar tuduhannya.
Beberapa kali ia menelpon, tapi tidak kuhiraukan. HP aku diamkan lalu
menenggelamkan wajah ke bantal. Pikiranku menerawang tak tentu arah.
Kulirik lagi HP yang tergeletak, notifikasi 15 kali panggilan tak
terjawab dan 1 SMS muncul di layarnya. Karena penasaran aku membuka
kotak masuk pesan.
"Dasar perempuan murahan!!!
Perempuan nggak tahu diri!!!
Udah dibilangin, masih aja ganggu suami orang. Sekali lagi saya ingatkan ya, jangan ganggu suami saya, perempuan ganjen!!!
Pengganggu rumah tangga orang!!!"
Sungguh, kalimat itu membuat darahku mendidih. Aku tak terima, seenaknya saja dia mengatai aku seperti itu.
Kali ini aku benar-benar marah, segera ku tekan kembali nomor yang tadi menghubungiku.
Tanpa basa-basi, kusemburkan kata-kata yang tak kalah ketus ke telinganya.
"Kamu, kalau nuduh orang kira-kira dong!! Suamimu tuh yang ganjen. Dia
yang terus-terusan menggoda aku." Aku tak lagi memanggilnya Mbak.
"Hei, jaga mulutmu ya!! Awas aja, aku samperin ke tempatmu, baru tahu rasa kamu, perempuan jalang!!"
"Introspeksi diri dong, jangan-jangan kamu yang tidak tau menjaga diri,
sampai suami cari perempuan lain." Suara ketusku tak mau kalah.
"Bukan urusanmu!!!" Teriakannya benar-benar memekakkan telinga. Segera kumatikan HP, lalu menghempaskannya ke kasur.
Hhh... Aku kembali cengeng! Hari ini sungguh melelahkan bagiku,
seharian dijejali dengan tugas kampus yang seabrek, sampai ke rumah aku
malah dapat telepon yang menyakitkan.
Masalah apa lagi yang akan aku hadapi, Tuhan! Di usiaku yang baru saja menjelang seperempat abad ini.
"Jangan hubungi aku lagi Mas Bima, simpan semua kebohonganmu dan urus
saja Istrimu yang super bawel itu." Segera kukirim pesan yang baru saja
selesai aku ketik, ke nomor handphone Mas Bima.
Entah berapa kali Mas Bima menghubungiku, tapi aku tak ingin meladeninya. Sampai akhirnya HP-ku diam. Sepi, sesepi duniaku!
Tak berapa lama, dalam kepenatan jiwa, lamat-lamat aku membaca SMS Mas Bima yang baru saja masuk.
"Rara sayang, Tolong maafkan Mas, ya. Mas baru menyadari... cepat atau
lambat, kebohongan ini pasti akan terbongkar. Mungkin, sekarang saatnya
berkata jujur. Mas benar telah menikah, tapi entah kenapa kehadiranmu
memberikan nuansa baru dalam hidup. Rara sayang, Mungkin ini permohonan
terakhir padamu. Please Ra, temui Mas sekarang di kamar rahasia. Mas
sayang sama Rara! I will miss you so much, Baby!!"
"Gombaaalll...!!! Persetan dengan sayang!!!"
Teriakanku nyaris mengalahkan gemuruh hujan di luar, yang disertai deru angin. Tangisan pun kembali luruh membasahi bumi.
Segera aku login ke MF-SUIT, sebuah sosial media, tempat aku dan Mas Bima berkenalan, serta bertemu hampir setiap hari.
Kuketik beberapa kalimat, sebelum akun Mas Bima benar-benar aku blokir.
Mas Bima, terimakasih atas pelajaran hidup yang telah Mas berikan. Mungkin ini curhatan terakhirku.
Maafkan aku Mas. Ingin juga kukatakan sesuatu padamu. Sebenarnya akupun
telah menikah, tapi satu tahun ini, harus berjuang menghadapi suami
yang kerap meluruhkan duniaku, hingga ke titik nadir paling bawah. Lalu
kehadiranmu dalam hidupku, bagaikan oase di padang pasir.
Caramu mencintai, mampu melambungkan duniaku, tapi itu dulu. Sebelum aku tahu kalau kamu pun PEMBOHONG!
Maaf akunmu dan kamar rahasia kita, setelah ini aku BLOKIR!!!
SELAMAT TINGGAL, MAS BIMA!!"
That's my life.
"Biarkan aku menjadikan cerita ini, sebagai pembelajaran untuk kisah cintaku, selanjutnya," gumamku dalam hening.
*The End
Note: Cerita ini hanya fiktif, jika ada kesamaan nama, tempat dan kejadian. Hal itu diluar kesengajaan penulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar