Rabu, 23 April 2014

PAPA JAHAT

PAPA JAHAT
(SPESIAL EDISI ULANG TAHUN PERNIKAHAN KE-3)

Tiga tahun yang lalu aku melepas kegadisanku, sedih senang jadi satu. Sedihnya karena harus berpisah dengan orang tua, senangnya karena akan menjadi ratu semalam, mendapat suami yang akan ganteng dan baik hati, tidak sombong serta suka menabung.
Besok ulang tahun pernikahan kami, mudah-mudahan saja Papa ingat. Kalau enggak bakal aku denda 2 minggu tak dapat jatah.
"Mama, Papa pulang!"
"Ada apa Pah, senang amat?"
"Enggak ada apa-apa Mah."
"Trus? Tumben teriak-teriak, bukannya salam," gerutuku
"Mama nih, Papa baru pulang kok cemberut sih? Papa haus nih."
"Tuh tehnya sudah jadi," sambil memonyongkan bibir yang memang sudah monyong.
Perlahan suamiku yang ganteng itu menghampiri gelas kesayangannya, dan menyeruput nikmat teh buatanku yang sudah ku isi tahi pusar, biar suami selalu memandang cantik, apapun yang terjadi.
Sehabis shalat magrib berjamaah, kukecup punggung tangannya. Ada rasa bahagia yang berkibar di jantungku. Aku teringat sesuatu, ah sudahlah.
Bergegas Papa menuju ruang tengah, sementara aku mengikutinya dari belakang, berharap ia membahas acara ulang tahun pernikahan kami.
Setelah menekan remote dari satu chanel ke chanel lain, akhirnya ia mantap memilih nonton sinetron Oh Ternyata. Sesekali kulihat ia tersenyum, sementara sama sekali mengabaikan kehadiran diriku yang cantik ini.
Malam semakin larut dan rambutku semakin gatal, makan malam yang kebajikan belum tersentuh, tiap kali kuajak dinner, ia selalu menolak.
"Pa, makan dulu yuk!"
"Duluan saja Ma, lagi tanggung nih," ucapnya sekenanya. Sementara matanya menatap layar kaca. Benci betul aku melihatnya. Apa antaranya salah yah? Batinku membenak.
"Yah sudah, Mama duluan yah!"
"Yup,""Pa, tidur yuk!"
"Duluan saja Mah."
Ingin kucekik leher ini, tapi aku takut pada meninggalkan dunia ini, ingin kuteriak takut disangka lihat kecoa.
Maka kuambil sisir lalu kurapikan rambutku, sikat gigi, mencuci muka lalu membuka-buka album biru yang masih bagus.
Betapa terkejutnya aku, saat kulihat seekor nyamuk mati ditanganku sendiri. Kumaat wajah ayah yang dulu perhatian.Perlahan aku mulai menguap dan tertidur.
Kilauan mentari pagi sudah sejak tadi menyinari dunia, Papa juga sudah berangkat ke kantor. Saat kutelpon, handphonnya tak aktif.
Kok papa jadi berubah begini, apa dia ingin membuat surprise yah, tanyaku pada diri sendiri sambil menyiram tubuhku dengan air hangat.
Saat jam pulang kantor Papa tiba, aku mulai gusar, tak biasanya ia seperti ini, malam semakin larut, semakin lama semakin larut dan terus berlalu, papa belum pulang juga. Malahan waktu ulang tahun sudah lewat ia belum datang juga.
Saat ini yang kuharapkan hanya kepulangannya, tapi papa belum pulang juga. Hatiku makin kacau, saat ke kamar, kutemukan pesan singkat,
Ma, Papa ke luar kota 2 hari, hp aku hilang kemarin. Marfin Papa tak bisa merayakan ulang tahun pernikahan kita, I LOVE YOU.
THE END!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar