Sabtu, 22 Maret 2014

GULITA

GULITA
“Jangan terlalu berharap pada Cahaya!” Eyang Wirotoraja.
Rama hidup dalam gelap. Sejak lahir ia sudah buta. Bukan karena cahaya
ia menjadi teladan.
Gulita mengantarkan Rama pada arti kehidupan yang lebih bermakna. Sejak
kecil ia tidak ingin sekolah di SLB. Semangat itu yang membawanya
berbaur dengan ratusan pasang mata normal di sekolah umum.
Sekarang ia sudah kelas XII SMU. Tongkat menjadi sahabat sejati. Hidung
adalah mata kedua baginya.
Bau adalah faforitnya. Mengenali kawan dari aroma tubuh. Soal ejekan
jangan ditanya! Pahit getir kehidupan menjadi santapan.
Walau Rama penyandang tunanetra, sebagai laki-laki ia punya hasrat pada
lawan jenis. Rara-lah hati keduanya. Di tiap kesempatan Ia selalu mengendus
aroma tubuh cewek yang kata Jayan sangat manis itu.
Terdengar kabar akan ada guru kesenian baru. Dalam rangka penyambutan
beliau, wali kelas meminta Rama dan teman-temannya mengadakan
pertunjukan.
“Kegiatan eskul untuk sementara dipending dulu! Fokus pada pertunjukan.”
kata Dana wali kelas Rama.
Menurut wali kelas, beliau sangat suka drama tentang negeri dongeng,
jadi pertunjukan harus bernuansa ajaib.
Karena waktunya sebulan lagi maka tidak diadakan audisi. Rama dipercaya
sebagai penyusun skenario, wali kelas menunjuknya langsung.
“Kita angkat kisah tentang Eyang sumur saja” kata Jayan yang suka cerita
ikan ajaib.
“Jangan-jangan! tentang Raja keterangan aja, musuh raja kegelapan.” kata
Dodo dengan semangat.
“Siapa sih, guru kesenian itu, ngerepotin amat?” kata Cindy bawel.
Sementara sejak tadi Imajinasi Rama liar menerobos gelap.
“Kalau engak salah dengar namanya Pak Isa, beliau juga akan mengajar
Bahasa Indonesia.” kata Emon membuat Rama siuman dari lamunannya.
Diskusi dihentikan oleh bel sekolah, waktu istirahat telah usai, dan
akan dilanjutkan di rumah Rama malam nanti.
2 hari lagi pertunjukan dimulai, panggung telah siap. Drama yang
diangkat berkisah tentang Pencarian Cahaya Putri.
Latihan kembali digelar. Narasi dan naskah drama mulai dibagikan.
Narasi
Dahulu kala hiduplah seorang Raja bernama Kara, meski buta ia jago
silat. Ia memiliki seorang permaisuri yang ia panggil Cahaya Putri.
Suatu hari Cahaya Putri diculik oleh Roh Wano.
Cahaya Putri disembunyikan dalam gua yang gelap. Tak satupun prajurit
kerajaan yang bisa menemukannya, Sehingga Raja turun tangan langsung.
Bagaimana kelanjutannya kita liat langsung di TKP!
Hari pertunjukan.
Ratusan kursi telah tertata rapi, seluruh siswa-siswi di sekolah telah
hadir termasuk guru kesenian baru. Guru-guru berjejer rapi paling
depan.
Panggung telah di set sesuai alur cerita, sementara tokoh cerita sudah
bersiap di belakang layar.
Dalangpun mempersilahkan Guru kesenian baru untuk memperkenalkan diri.
Dengan langkah tegap bak prajurit guru kesenian naik ke panggung.
“Perkenalkan nama sa..” tiba-tiba lampu padam menyisakan gulita.
“Karena dunia tak selamanya terang.” Eyang Wirotoraja
The end.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar