SERPIHAN HATI OLIVIA
Dia menatapku dalam-dalam, bukan dengan rasa cinta atau sayang, tetapi dengan perasaan bersalah.
"Siapa perempuan itu?" Aku bertanya, mencoba menahan amarah dan kepedihan di dalam hatiku.
"Seseorang..... dan kau takkan mengenalnya," sahutnya tenang,
seolah-olah dengan tidak mengenal perempuan itu akan mengurangi sakit
yang kurasakan. Mata ini mencoba memandangnya, tetapi aku sadar yang
bisa kulakukan adalah menatap lantai dan berharap air mata yang
membendung tidak berjatuhan. Bisa kurasakan dia perlahan bergeser
mendekat, tangannya diletakkan di bahuku untuk menenangkanku.
Cepat-cepat kutepis tangannya, tidak menginginkan bujukan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
#olivia
Cepat-cepat kutepis tangannya, tidak menginginkan bujukan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
#olivia
Dia meninggalkan kafe, langkahnya tenang, mungkin berusaha tegar. Aku sadar telah melukai perasaannya, tetapi apa peduliku. Percuma, bayang-bayang wanita itu terus menghantuiku, ada yang hilang ketika dia pergi. Tak ada lagi yang begitu baik, selalu menasehatiku, Tapi siapa dia? Arrghh.
Kesepian itu datang tiap kali aku memikirkanya, di mana dia sekarang? Aku butuh seseorang yang bisa menemaniku seperti dahulu. Tetapi Alan telah meninggal dan di pemakan aku bertemu dengan perempuan yang tak kuketahui asal-usulnya. Kesedihan yang ia tampakkan juga luar biasa, sebagai perempuan yang menyayangi Almarhum Alan, bisa kurasakan getar kehilangan di wajah wanita itu.
Bukankah Alan hidup sebatang kara? setidaknya itu yang ia ceritakan selama menjalin hubungan cinta denganku.Misteri apa ini?
Malam ke-40 kami mengundang tetangga untuk mendengarkan tausiah. Perempuan itu terlihat duduk di pojok, sesekali mengusap air matanya. Aku terbelalak dengan baju yang di pakainya. itu baju yang serupa dengan baju yang di hadiahkan Alan padaku.
Setelah acara usia, aku menarik lengannya dengan kasar,
"Siapa kau sebenarnya?" bentakku
"Tak perlu, kau tahu dik, itu tak penting." sekali lagi ia pergi, kali ini sambil berlari kecil dan memegangi roknya.
Malam itu aku tak bisa tertidur. Kuputuskan untuk tak mencari tahu lagi, pencarianku takkan merubah garis takdir. Mungin dia orang yang paling menderita atas kepergian Alan.
http://www.lovrinz.com/2014/04/ada-hadiah-disini.html
Kesepian itu datang tiap kali aku memikirkanya, di mana dia sekarang? Aku butuh seseorang yang bisa menemaniku seperti dahulu. Tetapi Alan telah meninggal dan di pemakan aku bertemu dengan perempuan yang tak kuketahui asal-usulnya. Kesedihan yang ia tampakkan juga luar biasa, sebagai perempuan yang menyayangi Almarhum Alan, bisa kurasakan getar kehilangan di wajah wanita itu.
Bukankah Alan hidup sebatang kara? setidaknya itu yang ia ceritakan selama menjalin hubungan cinta denganku.Misteri apa ini?
Malam ke-40 kami mengundang tetangga untuk mendengarkan tausiah. Perempuan itu terlihat duduk di pojok, sesekali mengusap air matanya. Aku terbelalak dengan baju yang di pakainya. itu baju yang serupa dengan baju yang di hadiahkan Alan padaku.
Setelah acara usia, aku menarik lengannya dengan kasar,
"Siapa kau sebenarnya?" bentakku
"Tak perlu, kau tahu dik, itu tak penting." sekali lagi ia pergi, kali ini sambil berlari kecil dan memegangi roknya.
Malam itu aku tak bisa tertidur. Kuputuskan untuk tak mencari tahu lagi, pencarianku takkan merubah garis takdir. Mungin dia orang yang paling menderita atas kepergian Alan.
http://www.lovrinz.com/2014/04/ada-hadiah-disini.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar