Cermin yang diwariskan leluhurnya, kini menempel erat di flat berukuran 4x6 meter. Panasnya Jakarta pagi ini, membuatnya kurang bergairah, setiap gairahnya menurun, maka cermin itu adalah pilihan terakhir.
Setelah berzikir, shalat dhuha, menulis puisi, hatinya masih galau, maka ia pun membuka tirai yang selama ini menutupi cermin itu, Tak banyak debuyang menempel di sana. Naidra selalu menyempatkan diri memperhatikan, merawat cermin itu, sekalipun ia tak pernah berani menatap wajahnya.
Cermin kejujuran itu ada sepasang, ia selalu mencari tahu siapa
pemiliknya, jika laki-laki akan dijadikan saudara, jika perempuan akan
dijadikan istri.
"Astaga." kata bayangannya ketika tubuhnya berada tepat di hadapan cermin.
"Sialan, baru saja kau mengagetkanku." umpatnya.
"Lama tak mengunjungiku tuan."
"Kau tahu, kenapa aku mengunjungimu kan?"
"Tuan, aku selalu merindukanmu, walau kau tak banyak berubah, aku akan selalu setia mendengarkan keluhanmu."
"Menurutmu, Siapa pemilik cermin ajaib itu?"
"Maaf Tuan, itu adalah misteri, sebaiknya kau mencari pendamping hidupmu, karna yang memelihara cermin itu telah berpulang, dan sekarang cermin itu berada di tangan oarang yang tak bertanggung jawab."
"Kalau begitu, beritahu aku!"
"Maaf Tuan, sekali lagi, jika aku yang memberitahukannya, maka kami akan retak, dan tak berguna lagi."
"Sudahlah!" Naidra meninggalkanperckapan, negoisasinya gagal.
Cermin itu selalu mampu menolak dengan baik, setiap keinginan tuannya.
kegalauan Naidra semakin memuncak, kali ini ia membaca tafsir Al Misbah. ada sedikit kesejukan yang bertamu di hatinya. Bunga Anggrek yang selalu ia rawat dengan suka cita kini berbunga, kegalauanitupun makin menipis, ia bahkan bisa merangkai sebua puisi untuk kekasihnya, sayang wanita itu hanya menganggapnya sahabat, paling tidak sejauh ini.
Samar-samar terdengar lagu Afgan bergema, di seantero Flat, lagu faforit Naidra, JODOH PASTI BERTEMU, disusul lagu Geisa, LUMPUHKANLAH INGATANKU.
Pelan-pelan mata naidra mengatup, membawanya ke alam mimpi. ia bermimpi sedang mengendarai kuda putih. Vegasus yah kuda yang selalu membuatnya ceria, di masa kecilnya dahulu. Ia terbang semakin tingi,semakin lama semakin tinggi dan terus semakin tinggi, tiba-tiba ia terjatuh dari ranjang.
sehabis mencuci muka, ia kembali berkaca dan betapa terkejutnya ia saat bayangannya menertawakan dirinya,dalam emosi yangtak mampu ia kendalikan, kaca itu ia tinju dan pecah.
SEKIAN Naidra Richie Permana SEMOGA INI MENGHIBURMU.
"Astaga." kata bayangannya ketika tubuhnya berada tepat di hadapan cermin.
"Sialan, baru saja kau mengagetkanku." umpatnya.
"Lama tak mengunjungiku tuan."
"Kau tahu, kenapa aku mengunjungimu kan?"
"Tuan, aku selalu merindukanmu, walau kau tak banyak berubah, aku akan selalu setia mendengarkan keluhanmu."
"Menurutmu, Siapa pemilik cermin ajaib itu?"
"Maaf Tuan, itu adalah misteri, sebaiknya kau mencari pendamping hidupmu, karna yang memelihara cermin itu telah berpulang, dan sekarang cermin itu berada di tangan oarang yang tak bertanggung jawab."
"Kalau begitu, beritahu aku!"
"Maaf Tuan, sekali lagi, jika aku yang memberitahukannya, maka kami akan retak, dan tak berguna lagi."
"Sudahlah!" Naidra meninggalkanperckapan, negoisasinya gagal.
Cermin itu selalu mampu menolak dengan baik, setiap keinginan tuannya.
kegalauan Naidra semakin memuncak, kali ini ia membaca tafsir Al Misbah. ada sedikit kesejukan yang bertamu di hatinya. Bunga Anggrek yang selalu ia rawat dengan suka cita kini berbunga, kegalauanitupun makin menipis, ia bahkan bisa merangkai sebua puisi untuk kekasihnya, sayang wanita itu hanya menganggapnya sahabat, paling tidak sejauh ini.
Samar-samar terdengar lagu Afgan bergema, di seantero Flat, lagu faforit Naidra, JODOH PASTI BERTEMU, disusul lagu Geisa, LUMPUHKANLAH INGATANKU.
Pelan-pelan mata naidra mengatup, membawanya ke alam mimpi. ia bermimpi sedang mengendarai kuda putih. Vegasus yah kuda yang selalu membuatnya ceria, di masa kecilnya dahulu. Ia terbang semakin tingi,semakin lama semakin tinggi dan terus semakin tinggi, tiba-tiba ia terjatuh dari ranjang.
sehabis mencuci muka, ia kembali berkaca dan betapa terkejutnya ia saat bayangannya menertawakan dirinya,dalam emosi yangtak mampu ia kendalikan, kaca itu ia tinju dan pecah.
SEKIAN Naidra Richie Permana SEMOGA INI MENGHIBURMU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar